Menapaki Jejak Penyebaran Islam di Sragen
admin | 17 Maret 2025 | 19
SRAGEN – Bumi Sukowati memiliki jejak sejarah panjang dalam perjalanan penyebaran Agama Islam. Disampaikan oleh Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, dalam acara Sragen Mengaji yang digelar di Masjid Raya Al-Falah Sragen pada Sabtu sore (15/3/2025) keberadaan 4 masjid bersejarah di Kabupaten Sragen memiliki peranan besar dalam tumbuh dan berkembangnya Islam di Nusantara.
2 di antaranya dibangun pada masa Perang Diponegoro (1825 – 1830), yaitu Masjid Gedhe Kauman yang berdiri di awal peperangan pada tahun 1826 dan Masjid Mujahidin Bulu yang didirikan menjelang berakhirnya perang pada tahun 1829. Kedua tempat peribadatan yang terletak di Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan Sragen dan Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan ini menjadi pusat perjuangan kala itu.
Selain itu terdapat Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten yang diperkirakan berdiri tahun 1790 dan dibangun atas perintah Pakubuwono IV. Masjid yang memiliki nama lain Masjid Jami' Kiai Abdul Jalal tersebut berlokasi di Desa Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe.
Dalam kegiatan Ashar Keliling pada Kamis (6/3/2025), Bupati Sigit menyampaikan bahwa di tempat bersejarah itulah Bupati Sragen ke-12, Sayid Abbas, dibesarkan dalam lingkungan yang islami. Sampai saat ini masih banyak keluarga dari Bupati Sepuh Sayid Abbas yang tinggal di Desa Jetiskarangpung, dan turut merawat serta melestarikan masjid yang menjadi bukti perkembangan Islam di era Kasunanan Surakarta ini.
Masjid tertua di Kabupaten Sragen adalah Masjid Ki Ageng Butuh yang terletak di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh. Di kompleks masjid ini terdapat makam Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang setelah Kerajaan Demak Runtuh, beserta keluarganya.
Masjid yang didirikan oleh Ki Ageng Pengging, ayahanda Joko Tingkir, tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke-16. Fakta tersebut menjadikan Masjid Ki Ageng Butuh sebagai masjid tertua kedua di Pulau Jawa setelah Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-15.
“Sragen memiliki tempat-tempat yang menjadi penanda penting dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia.” paparnya.
Adanya pusaka, makam, dan ornamen kuno di wilayah keempat masjid tersebut menandakan bahwa masjid tidak hanya menjadi tempat ritual keagamaan, namun secara sistemik menjadi tempat pencerahan masyarakat pada saat itu.
“Dahulu masyarakat akan bertanya pada kyai dan ustadz jika ingin tau masa tanam dan penyakit. Masjid juga menjadi pusat pergerakan pembangunan, pemberdayaan, dan perjuangan masyarakat Indonesia sampai sekarang.” tuturnya.
Penulis : Rindah_Diskominfo
Editor : Yuli_Diskominfo