Cegah OCSEA, Sasar Sekolah dan Masyarakat Untuk Jadi Agen Perubahan


admin | 04 September 2024 | 164

SRAGEN – Dalam upaya mencegah perilaku online anak – anak yang beresiko dan sangat rentan terhadap kekerasan serta eksploitasi seksual di dunia maya khususnya di wilayah Jawa Tengah maka Yayasan Setara bekerjasama dengan Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa tengah serta dukungan UNICEF Indonesia melaksanakan kegiatan Program SETARA – OCSEA (Kekerasan Seksual Anak Online) selama satu tahun mulai tahun 2023 – 2024.

Program SETARA-OCSEA ini  mendukung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi dan menangani OCSEA (Online Children Sexual Exploitation And Abuse) kasus kekerasan serta eksploitasi anak di ranah daring (online) dimana 5 kota/kabupaten menjadi pilot project sasaran kegiatan yakni Kota Surakarta, Kota Pekalongan, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Blora.

Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan kasus kekerasan seksual online terhadap anak tertinggi. Setidaknya 22% anak-anak menemukan konten secara tidak terduga didunia maya. Hasil studi baseline yang dilakukan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dan UNICEF terhadap perilaku online anak menemukan bahwa anak-anak menunjukkan perilaku online yang beresiko.

“Tujuan dari program ini adalah mendukung Pemerintah Jawa Tengah untuk memiliki sistem perlindungan anak, juga sistem pencegahan, sistem deteksi dini dan sistem pengamanan. Tidak hanya di Kabupaten/Kota namun juga desa/kelurahan melalui kolaborasi semua pihak yang terkait.”terang Hidayatus Sholichah dari Yayasan Setara Semarang saat kegiatan Rakor Exit Strategi Program SETARA-OCSEA di Ruang OppRoom Komplek Setda Sragen, Selasa (3/9/2024).

Kegiatan ini meliputi beberapa sasaran seperti melatih anak-anak sekolah menjadi agen perubahan yang fokus dalam pencegahan kekerasan anak di ranah online. Selain itu adanya pelatihan bagi guru terkait kekerasan berbasis gender dan adaptif terhadap digital parenting.

“Guru-guru diberikan informasi bagaimana melakukan pencegahan murid-muridnya jika terjadi kasus di sekolah. Selanjutnya menyusun alur mekanisme sistem rujukan. Jika ada kasus disekolah tidak bisa menangani sendiri harus berkoordinasi dengan layanan di tingkat Kabupaten seperti P2TP2A, PKSAI, atau Puspaga.”jelas perempuan yang akrab disapa Mbak Hida.

Selain menyasar sekolah, Yayasan Setara mendampingi pula 5 desa di Kabupaten Sragen yakni Desa Krebet, Desa Puro, Desa Sambirejo, Desa Srawung dan Desa Bedoro dalam hal pencegahan serta mekanisme layanan perlindungan anak dengan melatih fasilitator masyarakat setempat dengan muatan-muatan pengasuhan positif seperti parenting digital dan pencegahan kekerasan seksual online.

“Dengan adanya literasi digital di wilayah desa yang tidak dibarengi dengan edukasi masyarakat bahwa sebenarnya ada kekhawatiran-kekhawatiran yang penting sekali untuk disampaikan seperti mudahnya memberikan akses internet kepada anak-anak dan remaja tanpa adanya pendampingan.”ungkap Hida.

Dia berharap Pemerintah Kabupaten Sragen terus menindaklanjuti seluruh program yang telah dilakukan dalam mencegah dan menangani OCSEA, kekerasan berbasis gender dan perkawinan anak.

Sementara Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Sragen dr. Agus Sudarmanto mengatakan Rakor exit startegi merupakan akhir dari sebuah proses Kerjasama antara Yayasan Setara dan Pemerintah Kabupaten Sragen yang berfokus kepada OCSEA.

“Diharapkan dengan kerjasama ini kita bisa menurunkan kasus OCSEA terutama pada anak-anak yang menjadi sasaran kita untuk menjadi penerima informasi yang bijak serta menjadi pelopor sekaligus menjadi pelapor. Berani mengungkapkan apabila terjadi perundungan atau apapun.”ujarnya.

 

Penulis  : Mira_Diskominfo

Editor    : Yuli_Diskominfo

Berita Terbaru

Top